Friday, June 13, 2014

Stop Saling Hujat, Mari Memilih Dengan Cerdas!

PROLOG
Di malam itu, terjadi sebuah debat kusir di sebuah warung angkringan di kota Sragen. Percakapan terjadi antara Lik No (si penjual) versus Pakdhe Giman (pembeli). Lik No adalah pendukung dari Prabowo, sedangkan Pakdhe Giman adalah pro Jokowi. Dan gue bertindak sebagai wasitnya.

- Lik No: "nek aku ngono luwih milih uwong sing teges, ora sing klemak-klemek manutan karo nduwurane"
(kalo aku sih lebih milih orang yang tegas, bukan yang lembek & tunduk sama atasannya)
- Pakdhe Giman : "cobo genti saiki kowe tak takoni, kepiye prasaanmu sak umpamane, kluargamu salah siji ono sing ilang sepriki ora ketemu, ora ditemokne mayit'e neng ngendi?
(Lha sekarang coba gantian aku yang nanya, gimana prasaanmu seandainya, salah satu anggota keluargamu ada yang menghilang, sampe sekarang gak ketemu dimana jasadnya?)
- Gue : "wis to dhe, wis to lik, kabeh calon Presiden kui mau nduweni kekurangan karo keluwihan masing-masing, sopo wae sing kepilih dadi presiden suk mben, mugo-mugo Indonesia iso makmur, ojo nganti goro-goro lakon Presiden kui malah gawe kowe pedhot kekancan.
(Sudahlah, kedua Calon presiden itu tadi masing -masing punya kekurangan & kelebihan, siapapun yang nantinya terpilih jadi Presiden, semoga Indonesia bisa tambah makmur, jangan cuma karena Calon-calon Presiden  itu mbuat kalian jadi musuhan)

Menjelang pilpres 2014, sangat mudah kita menemui berbagai isu negatif yang menyerang kedua kubu capres & cawapres yang bakalan bertarung, Jokowi-JK / Prabowo-Hatta. Isu tersebut bisa berupa fakta di masa lalu (negatif campaign) atau bisa juga berupa isu yang pure dibuat mengada-ada tanpa bukti fakta konkrit yang bisa dipertanggung jawabkan (black campaign). Berita-berita tersebut menyebar dengan massive nya baik itu di TV, media cetak, dan juga melalui jejaring sosial.

Sebagai bangsa yang cerdas, tentu tidak boleh menelan mentah-mentah berbagai berita yang beredar di berbagai media tersebut. Apalagi sudah menjadi rahasia umum bahwa mayoritas media televisi nasional saat ini adalah dimiliki oleh petinggi parpol tertentu, jadi jangan heran kalau kita disuguhkan berita yang kurang berimbang & saling menjatuhkan satu sama lain. Begitu juga berbagai issue yang menyebar dengan cepatnya di media sosial, kita perlu untuk bijak membaca & memahaminya, jangan sampai kita mudah terprovokasi gara-gara postingan seseorang yang tidak bertanggungjawab. Dunia politik memang penuh dengan intrik. Lihat saja tingkah berbagai parpol yang dulunya saling cerca, namun tiba-tiba bisa saling berkoalisi demi mengamankan jatah kursi menteri. Sebagai pribadi yang kritis, tentu kita sudah jamak mengetahui ending dari berbagai drama politik yg terjadi. Koalisi tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah jalan pintas bagi sebuah parpol untuk mendapatkan "tiket" bagi-bagi kekuasaan. Dan terbukti, hasil koalisi parpol pada pemilu 2009 yang lalu, cuma menghasilkan kabinet yang dipenuhi oleh para penjahat pemakan uang rakyat, yang makin membuat KPK menjadi semakin sibuk.
 
sumber : inilah.com

Presiden Republik Indonesia dari masa ke masa
 Di tahun 2014 ini, Indonesia akan berulang tahun ke-69, tetapi apakah kita sudah menjadi sebuah bangsa yg maju di berbagai bidang? Tentu saja itu belum 100% terlaksana, dan bahkan bisa dibilang kita sudah sangat jauh tertinggal dari negara-negara berkembang lain, tak usah jauh-jauh deh, coba kita tengok negara tetangga Malaysia, yg pelan tapi pasti mulai menjadi negara yg maju, padahal dulunya mereka belajar dari kita, eh ternyata sekarang negara kita malah kalah jauh tertinggal. Kita sudah melalui pemerintahan 6 presiden : Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati, & yang paling akhir SBY. Apa yg terjadi? Tentu kita sudah tau jawabannya, ya, republik ini kalau kata dokter, sudah mengalami komplikasi berbagai macam penyakit akut. Dan ternyata sampai detik ini, belum ada presiden yg bisa mengubah wajah Indonesia menjadi lebih baik.

Who's next?
EPILOG
ya, seenggaknya lo bisa selfie dengan jari kecelup tinta itu
Nah, makanya, sekarang sudah bukan jamannya GOLPUT lagi, lihatlah bangsa ini yg membutuhkan THE RIGHT MAN IN THE RIGHT PLACE AS SOON AS POSSIBLE. Apalagi calonnya cuma dua kubu saja (ini berarti Pemilu akan diadakan cuma satu putaran), amat sangat naif jika kita tetap memilih untuk GOLPUT di pilpres kali ini. Mari kita berdemokrasi dengan cerdas, siapapun yang akan kita pilih nantinya, tentu kita mengharapkan dia benar-benar mengubah wajah Indonesia menjadi lebih baik ke depannya. Jadi, marilah kita bersama-sama mengawal & mensukseskan Pemilu Presiden tanggal 9 Juli nanti, jangan golput lagi bro & sist ! Satu suara lo akan menentukan nasib kita 5 tahun ke depan. Meminjam tagline dari kedua kubu, sudah sangat jelas bahwa sebenarnya tidak perlu saling menghujat. "Jokowi-JK adalah KITA".."Kalau bukan KITA, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?" Nah loh, nyambung kan kedua tagline itu? So, buat apa kita saling menghujat? Kita cukup pilih salah satu yang menurut kita yang terbaik, sesimpel itu.




Penulis adalah 
Sarjana Ilmu Administrasi Negara FISIP UNS
Danur Budi Irfantyo, S.Sos


No comments:

Post a Comment