Saturday, June 28, 2014

Fight Againts Bullying !!!



"Stop jangan diteruskan

Ini bukan hiburan

Bullying tidak jantan

Hanya serang lebih lemah

Membully, menindas, membenci, menghina

Itukah yang kau bisa?

Coba fikirkan dulunya akibatnya

Hidupmu tak berguna..."

Kutipan diatas gue ambil dari lirik lagu berjudul Bully yang dinyanyikan oleh Endank Soekamti di album angka 8. Bagi sebagian dari lo tentu sudah akrab dengan istilah "Bullying" ini. Tapi buat yang belum tau, bullying merupakan suatu tindak kekerasan fisik dan psikologis yang dilakukan seseorang atau kelompok, yang dimaksudkan untuk melukai, membuat takut atau membuat tertekan seseorang (anak atau siswa) lain yang dianggap lemah, yang biasanya secara fisik lebih lemah, minder dan kurang mempunyai teman, sehingga tidak mampu mempertahankan diri. Ada yang berperan sebagai pelaku, korban, atau bisa juga sebagai pihak netral yang menutup mata meskipun tahu kejadian itu. Bullying terjadi karena terjadi "pembiaran" & berubah menjadi culture dalam kehidupan kita. Di masa-masa sekolah dulu, kita sadar ataupun gak sadar pasti pernah membully temen kita yang terlihat "beda". Mulai dari sebutan (maaf) si miskin/kere, si item, si gendut/kurus kerempeng, sipit Cina, gigi tonggos, burik koreng jelek /apapun itu yang kelihatan kita merasa menjadi lebih menarik/berkuasa dari orang yang dibully. Buat lo para pelaku bullying, kok bisa sih lo bahagia diatas penderitaan orang lain?lo pikir bullying itu media buat having fun gitu?saat lo ketawa lepas pasca membully orang lain, pernahkah lo pikirin perasaan mereka?


Gue begitu sensitif dengan bullying, karna jujur dulu gue pernah jadi salah satu victimnya. Ya, seperti yang udah pernah gue tulis di postingan ini ,jauh sebelum hari ini, gue dulu pernah gendut, dan tentu itu memancing para bullyers-bullyers untuk menghina & mentertawai gue. Gue juga heran kenapa bullying ini begitu kejamnya merampas kehidupan normal gue. Apa semata-mata karna gue gendut, trus mereka seenaknya aja ngolok-olok gue?manggil gue dengan sebutan gembrot lah, gajah bengkak lah, kuda nil lah. Saat itu gue merasa gak ada satupun orang yang berpihak ke gue. Dunia memang kejam, gue merasa terhina banget. Gue merasa sendirian, menjadi seorang pecundang di tengah ganasnya pergaulan saat itu. Bahkan saat itu gue sampe berniat buat gantung diri di pohon beringin yang dibonsai. Tragisnya lagi, saat gue naksir cewek, gak ada satupun dari cewek-cewek itu yang sudi melihat gue, mereka hanya judge the book from it's cover, gak peduli sekalipun hati gue baik, mereka cuma mandang cover gue yang menurut mereka aneh, gak selevel, gak sekasta, gak banget lah pokoknya. Apa mereka gak nyadar kalau roda kehidupan ini muter?gimana kalo suatu saat keadaannya berbalik 180°? bahkan mereka suatu saat bisa jadi lebih buruk dari gue?. Dan ternyata karma itu memang ada, gue gak pernah punya niat untuk membalas dendam, tapi ternyata Tuhan lah yang membalasnya. Beberapa waktu yang lalu, gue ketemu orang yang dulu hobi banget mem-bully gue, dan gue kaget dia sekarang jadi (maaf) gendut banget lebih parah dari gue dulu malah, sekarang dia jadi jelek banget, padahal dulu dia masuk jajaran top 10 chart cowok kece & populer di sekolah,. Gue berniat baik untuk say hi, nanyain gimana kabarnya, tapi dia malah salah tingkah (mungkin menahan kemaluan) karna dia bertemu dengan gue, orang yang dulu pernah dia ejek, selalu menjadi bahan di setiap leluconnya, sekarang menjadi seseorang yang bahkan bisa jauh lebih baik darinya, yeah, maybe that's the power of karma.


Menurut gue, bullying bisa merusak psikologis korbannya. Bagi korban yang bermental bagus sih gak masalah, malah itu bisa jadi pelecut semangat untuk membuktikan ke semua orang bahwa ia bisa jauh lebih baik dari orang-orang yang membully nya. Tapi yang gawat adalah, ketika korban bullying itu mentalnya lemah & mudah terpuruk, bullying bahkan bisa membuatnya sampai depresi akut lalu bunuh diri. Ditambah lagi sekarang ini adalah eranya media sosial, praktis fenomena bullying bisa terjadi lebih massive lagi, cyber bullying adalah fenomena baru yang berpotensi terjadi. Bukankah itu mengerikan?mengapa kita tega membiarkan itu terjadi?. Bukankah saat SD dulu kita pernah dapet ilmu Tenggang Rasa di mata pelajaran PMP (ketuaan?) atau PPKN (masih kliatan tua?) atau Kewarganegaraan (oke fix gue nyerah dibilang tua). Tenggang rasa bukan hanya terbatas dalam konteks Agama saja, melainkan saling menghormati & menghargai orang lain. Jadi gue harap, mulai sekarang mari kita bersama memerangi bullying itu agar menghilang dari kehidupan sosial kita. Dimulai dari hal yang kecil dulu lah, mari kita jaga ucapan kita ke orang lain, jangan lagi kita mengeluarkan jokes-jokes yang melukai hati seseorang, hargailah semua "perbedaan" itu. Munculkan rasa respect each other, anytime & anywhere. Karna memang gak ada manusia yang sempurna, karna kesempurnaan hanya milik Andra & The backbone & Tuhan YME. Dan juga kita jangan pernah membiarkan bullying itu terjadi di depan kita, bantulah mereka kaum yang lemah & jadi korban bullying, kalau bukan kita, siapa lagi yang bisa jadi superhero untuk mereka?

Friday, June 20, 2014

The Deadlocked Love


  
Mungkin gue gak akan pernah secengeng ini sepanjang hidup gue. Ya, gue pernah 8 (delapan) tahun menjalin hubungan pacaran dengan seseorang , tapi harus kandas berakhir begitu aja. Bukan tanpa sebab memang, justru ini semua karena sesuatu hal yg amat sangat mendasar dalam kehidupan seseorang, yaitu kepercayaan (Agama). Mungkin masih banyak faktor selain perbedaan agama yang mempertemukan sebuah hubungan menuju ke jalan buntu. Tapi percayalah, apapun faktor penyebabnya, yang pasti itu bikin nyesek banget di hati. Bayangin aja, apa yang bakalan lo lakuin kalau lo terjebak di dalam situasi yang complicated banget, berada di antara dua pilihan, lo terusin atau lo akhiri hubungan itu. Disatu sisi lo pingin mengakhiri hubungan itu, tapi di sisi lain lo gak tega ngliat orang yang selama ini lo sayang itu bermuram durja nangisin keadaan. Gue sempet berpikir mengapa gue bertemu dengan orang yang salah selama ini? Sempat terbesit di benak gue lebih baik bila dari awal gue gak pernah mengenalnya. Satu pertanyaan terbesar yang terus menghantui fikiran gue, kenapa harus berjumpa bila nantinya akan berpisah? 

Karena alasan itulah, saat itu, gue cenderung suka lari dari masalah, saat cewek gue minta kejelasan, selalu gue belokin sebisa mungkin biar dia gak bahas masalah itu lagi. "Sayang, kenapa Tuhan ciptakan kita berbeda?aku pengen punya masa depan sama kamu, tapi apa ya mungkin dengan keadaan kita yang kayak gini?..Gue jawab: "Kita jalani dulu aja sayang, serahkan semua pada Tuhan, yang pasti aku beneran serius sama kamu kok, aku cinta banget sama kamu". Gue keluarin semua gombalan sakti gue, biar dia bisa lupain masalah pelik itu. Gue bener-bener jadi peran antagonis. Licik & mau menang sendiri. Dan tanpa terasa, seperti sinetron Tersanjung yang nyampe season 6, gue keasikan menghayati peran antagonis itu hingga tiba di tahun kedelapan. Guys, delapan tahun itu bukan waktu yang singkat, misalkan, kalau saja hubungan gue fine-fine aja & bisa sampe nikah, pastinya sekarang gue udah punya anak yang lucu, dan sekarang udah seusia sekolah SD. Naas sekali kisah cinta gue, it was really fucked up my life. Ending cerita yang sebenernya dari awal dulu dengan mudah bisa gue prediksi, akhirnya kejadian juga. Selama ini, gue udah memberi sebuah harapan palsu. Harapan yang terdengar so beautifull, but the reality was so fake. Hubungan gue benar-benar harus kandas, masalah kepercayaan memang gak bisa dipaksakan, dan gue memilih untuk menamatkan kisah cinta gue. Sekali lagi, gue berdosa banget ngancurin hidup seseorang yang udah berikan segalanya buat gue. You know what, momen itu mengubah hidup gue, gak ada lagi cerita lama bersamanya, gak ada lagi yang nanya kabar gue lagi dimana & lagi ngapain, gak ada lagi yang manja gak jelas ke gue, gak ada lagi yang ngajak ribut, gak ada lagi ciuman sayang & another beautiful moment with her. Yang paling sakit adalah, gak ada lagi someone special yang ngasih ucapan & kado sepesial di hari ulang tahun gue kemarin!. Saat ini, rasanya seperti gue tinggal menunggu karma aja, karena gue udah nyakitin perasaan seseorang yang udah terlanjur memberikan seluruh hati & segenap jiwa raganya. Dari lubuk hati gue yang terdalam, gue berharap dia bisa nemuin pengganti yang jauh lebih segalanya dari gue, dan gue disini siap menanggung semua dosa-dosa gue, sepahit apapun itu, gue berharap dia bisa dapetin kisah cinta yang lebih manis & indah bersama orang lain.




The Deadlocked Love, bisa dianalogikan seperti penyakit ganas yang menyerang manusia, yang membuat nyawa pengidapnya gak bisa tertolong lagi. Tuhan memanggil mereka bukan tanpa alasan, melainkan untuk mengakhiri penderitaan mereka di dunia ini, daripada terus hidup dalam penderitaan akibat penyakit itu. Kalo kita bicara tentang rasa cinta & sayang, pastilah rasa itu masih akan tetap selalu ada. Tapi bukankah lebih baik mengakhiri semua itu saat ini, daripada wasting time, pretend each other, seolah-olah semuanya baik-baik saja, tapi ending nya tetep aja sama, PUTUS???. Pada dasarnya, sebuah hubungan percintaan haruslah dibangun dengan pondasi yang kuat, harus dihindarkan dari segala ketidakpastian. Kalo lo kepengen bahagia & menatap masa depan bersamanya, ya make sure aja pasangan lo itu sejalan apa gak, begitu juga sebaliknya. Karena kalo lo gak yakin gara-gara dia sering PHPin masa depan lo, gak usah berharap banyak, lebih baik akhiri aja semuanya sebelum terlambat. Saat lo merasa hubungan lo udah mulai gak sehat, sebaiknya lo harus segera minta kejelasan ke dia & misalkan pasangan lo sampe jawab kek gini ; "Kita jalani dulu aja", gak usah pikir panjang lebar lagi, segeralah break up darinya, karena gue tau bener dibalik kalimat “Kita jalani dulu aja” itu adalah sebuah kalimat yang sebenernya berarti “putusnya ntar aja deh, kita having fun dulu enjoy sama hubungan kita”. Ya gue harap lo jangan sampe nyesel berkepanjangan, kejadian kayak gue, karena delapan tahun itu bukan waktu yang singkat. Perpisahan adalah pesan dari Tuhan bahwa mungkin dia bukan jodoh yang terbaik untuk gue, ataupun sebaliknya. Gue belajar untuk ikhlas & berserah. Ia Tuhan yang sayang kepada umatNya. Tuhan tidak ingin kita menderita karena kekerasan hati kita mempertahankan hubungan yang salah. Satu kalimat terakhir dari gue untuk seseorang yang udah gue sakitin "Even we can't be together in the end, I'm glad that you were a part of my life..."



Monday, June 16, 2014

Cinta Pertama a.k.a Cinta Monyet


Lo semua pasti pernah ngalami first love kan?. Dan pasti sampe sekarang, lo semua masih belum bisa lupain first love lo itu?. Kalo sampe lo bilang kalo lo udah lupain cinta pertama lo, berarti lo bo'ong. Gak akan pernah ada seorangpun di dunia ini yang bisa nglupain gitu aja dahsyatnya kenangan dari cinta pertama. Karena disaat itulah seorang anak menjadi naik tingkat ke fase remaja, dimana dalam fase itu darah muda mengalir deras dalam denyut nadi, seperti kata bang Rhoma, "darah muda, darahnya para remaja". Ini juga dapat diasumsikan bahwa darahnya bangsawan yang masih muda adalah berwarna Biru Muda. Dan gue pernah baca artikel, kalo donor darah itu bagus untuk kesehatan...(Kenapa malah jadi bahas darah sih?)

  
Seperti yang gue kutip dari www.tempo.co ,disitu dituliskan bahwa menurut para ilmuwan, cinta pertama yang sudah tertanam tak bisa dihapuskan dari ingatan. Kenangan cinta pertama bisa membuat orang mengalami ketagihan lebih kuat dibandingkan narkoba jenis apa pun. Banyak orang dewasa tidak berdaya menahan jatuh cinta lagi kepada dambaan hatinya semasa remaja. Cinta pertama akan selalu dikenang karena di situlah pertama kalinya kita sebagai manusia merasakan apa yang sering dikatakan orang bahwa cinta itu indah, cinta itu suci, cinta penuh pengorbanan, dan beberapa istilah lainnya. Ketika merasakan perasaan cinta, dunia ini terasa indah, perilaku kadang aneh-aneh, senyum-senyum sendiri kagak jelas, pekerjaan berat terasa ringan demi menyenangkan seorang yang dicintainya itu. Maklum saja pada saat itu logika perasaan lebih berperan daripada logika akal. 

Bagi yang masih sekolah, cinta pertama sering disamakan dengan "CINTA MONYET", entah darimana asalnya istilah cinta monyet ini, yang jelas yang gue tau monyet itu gak pernah sekolah. Dan sekarang gue akan coba tuliskan kisah tragis dari seekor monyet,eh, seorang cowok abg SMP maksud gue, sebut saja dia Budi, cinta pertamanya gak pernah kesampean pada cewek idola sekolah waktu itu, sebut saja Ayu namanya. Ayu adalah cewek impian tiap cowok, do'i cantik banget, wajahnya agak indo gitu, kulitnya putih mulus, rambutnya hitam panjang berkilau, tapi kalo dilihat dari blakang punggungnya bolong. Sampai kini, walaupun telah menjadi seorang pria dewasa, Budi gak pernah bisa moveon dari Ayu, mungkin dia nyesel banget karena 10 tahun yang lalu, dia belum pernah sempet nembak Ayu, padahal saat itu dia yakin banget Ayu pasti juga menaruh hati padanya (Budi nya sih yakin, tapi dienye (Ayu) kagak). Tapi perlu diketahui, kalo kehidupan anak SMP jaman dulu itu bisa dibilang beda 180°jika dibandingkan dengan kehidupan percintaan anak SMP jaman sekarang. Anak SMP jaman dulu, kalo pacaran pegangan tangan aja udah mimisan, beda dengan anak SMP jaman sekarang, pacaran udah praktekin pelajaran biologi bab Sistem Reproduksi. Jaman dulu, misalkan kita suka sama seseorang, masih manual make sistem "nitip salam". Ritual nitip salam ini mungkin terdengar aneh & asing untuk anak muda di era social media saat ini. Ritual nitip salam bisa dilakukan lewat dua media, yaitu media temen deket (sohib) dari si target, atau bisa juga lewat udara (on air) siaran radio.

Dan Budi pun pernah milih kedua media itu untuk mensukseskan cinta pertamanya. Yang pertama Budi selalu rajin nitip salam lewat temen-temen satu gengnya Ayu. Yang kedua, Budi jadi rajin nyamperin radio-radio yang beken di kotanya, buat beli kertas request lagu+nitip salam, yang harganya masih Rp.500/lembarnya. Tanpa basa basi, Budi pun menuliskan pesan di secarik kertas itu ;

"Hai nama gue Budi, anak kelas 3D, mau kirim salam manis buat cewek manis Kelas 3E, Ayu. Semoga lo dengerin radio saat ini. Buat kak penyiar, gue request lagunya Blink 182, I miss you. Ayu, semoga lo suka lagu ini ya, dan makasih lo udah buat hari gue jadi indah. Bye".

Bak gayung bersambut, akhirnya momen yang ditunggu-tunggu itu datang juga, Budi dapet salam balik dari Ayu. Budi pun jadi senyum-senyum sendiri, sampe lupa daratan, padahal pas itu Budi lagi melayat ibu dari temen sekelasnya yg meninggal, dengan wajah sange tanpa ekpresi bela sungkawa sedikitpun Budi senyum cengar cengir seakan bilang gini ke temennya itu : Selamat ya bro, akhirnya Ibumu meninggal juga, bentar lagi lo sama bokap lo pasti dapetin warisan yg selama ini lo incer".

Beberapa hari kemudian, Budi nekat beraniin dirinya buat kenalan sama Ayu. Ya, buat cowok pecundang yang sama sekali gak populer di sekolah, kenalan sama cewek yg kita taksir, itu bisa dianalogikan seperti pelaku bom bunuh diri, sama-sama dongo otaknya kosong kaya’ orang bego, tapi nekat bawa bom yang setiap saat bisa meledak. Di bangku di depan kelasnya Ayu, Budi segera nyamperin do'i & dengan tangan yang sedingin es batu di kutub utara, Budi berjabat tangan dengan Ayu, dan berkata singkat ; hai kenalin nama gue Budi, elo Ayu kan? Bruuukkkk.. Lalu diakhiri dengan adegan bom bunuh diri, ya, Budi segera dilarikan ke UKS terdekat karena kehilangan banyak urine, karna ternyata dia tadi ngompol di celana...(terdengar bodoh & cupu banget kan? ya memang begitulah adanya, kalo seorang cecunguk non-tampan kaya Budi berkenalan dengan bidadari sekolah seperti Ayu.

Tapi berkat kenekatan Budi itulah, dia bisa lebih deket sama Ayu. Setelah tau nomer hape masing-masing, nah ini nih yang aneh, gak seperti sekarang di era gadget yang canggih, yang anak SD aja udah difasilitasi smartphone oleh orang tuanya, di jaman itu handphone adalah barang mewah yang belum pantas dipake oleh anak ingusan kaya Budi. Tak kehilangan akal, Prapto nekat aja ngasih nomer hape bokap ke Ayu. Hapenya merk siemens A55 dengan nada dering polyphonic (udah amat sangat keren waktu itu). Setiap harinya, Budi harus ngumpet-ngumpet dari bokapnya buat sms an sama Ayu.  Disinilah awal mula blunder yang dilakukan Budi, dimana Budi malah lebih milih untuk lebih dekat lewat sms daripada ketemu tatap muka langsung ngobrol dengan Ayu, mungkin udah jadi sifat cowo pecundang kaya Budi kali ya?. Jadi, pada akhirnya Budi pedekate dengan Ayu cuma sebatas lewat sms, tanpa pernah ngobrol face to face, geblek banget kan Budi?

Hari demi hari berlalu, tak terasa sampai juga hari kelulusan SMP. Di saat itu, hampir seluruh anak SMP bersuka cita. Namun, hal itu tidak berlaku untuk Budi. Di malam sebelum hari kelulusan, Budi mendapatkan kabar yang mengejutkan, bahwa Ayu akan meneruskan study nya ke SMA di luar kota. Isi sms nya kurang lebih seperti ini : "Ayu, apa bener km mau nerusin sekolah ke SMA di luar kota? Kenapa gak di kota sendiri aja sih?". Lalu Ayu pun membalasnya : "Iya nih, emang kenapa?harusnya kamu sebagai temen yang baik dukung aku buat maju dong?". Bagi Budi, isi sms tersebut adalah bagaikan surat pengantar perintah Bunuh Diri untuknya. Selain terjebak di friend zone area, cewek yang selama ini dia sayangi, akan segera berpisah darinya, tanpa pernah sempat dia mengungkapkan isi hati ke pujaan hatinya. Itulah harga mahal yang harus dibayarkan Budi karena ketololannya yang gak pernah punya nyali untuk nembak Ayu, bahkan saat Ayu mengkode nya sekalipun. Sampai kapanpun, Budi akan terus dibayangi rasa penyesalan itu.

Pelajaran yang bisa dipetik dari kisah Budi adalah ketika lo suka sama seseorang, artinya cinta lo itu harus diungkapkan. Cinta itu harus terkoneksi dua arah, paling gak orang yang lo suka bisa tau isi hati lo, gak usah lo peduliin reaksi apa yang bakalan dia kasih untuk lo. Cuma ada dua kemungkinan kok, diterima atau ditolak, that's so simple. Jangan sampai cerita cintanya Budi tadi terjadi ke elo semua. Cinta pertama yang seharusnya menjadi kenangan manis bagi setiap orang, malah berakhir pahit karna cinta pertama itu gak pernah diungkapkan. Cinta pertama akan selalu membekas dalam memori setiap individu, apalagi yang bisa menjadikan cinta pertamanya sebagai cinta terakhirnya. Namun buat lo yang saat ini mungkin masih "sakit hati" dengan cinta pertama lo, ada baiknya lo maafin dia gih, gak baik juga musuhan padahal dulunya sayang-sayangan. Buat lo yang saat ini lagi jomblo, coba lo hubungi lagi tuh cinta pertama lo, siapa tau aja dia juga lagi jomblo?. Tapi kalo saat ini lo gak lagi jomblo, hargailah pasangan lo, jangan sampe lo bandingin dia dengan cinta pertama lo itu. Memang cinta pertama itu indah, tapi kita haruslah tetap melihat visioner ke depan, jangan terjebak dengan masa lalu itu. "Just because you have a past with someone, doesn't mean you should have future with them". Finally, gue pamit undur diri dulu, gue harap setelah lo baca postingan ini, at least, lo bisa inget kembali sama cinta pertama lo dengan segala kenangannya. Karena cinta pertama adalah cinta yang gak akan pernah bisa lo lupain dan hanya terjadi sekali seumur hidup lo, dan ia juga suka tiba-tiba hadir dalam pikiran, anytime. Sekian dan makasih udah baca postingan yang gak penting ini. Kalo kalian punya pengalaman tentang First Love, silahkan share di comment. Thanks.



Friday, June 13, 2014

Stop Saling Hujat, Mari Memilih Dengan Cerdas!

PROLOG
Di malam itu, terjadi sebuah debat kusir di sebuah warung angkringan di kota Sragen. Percakapan terjadi antara Lik No (si penjual) versus Pakdhe Giman (pembeli). Lik No adalah pendukung dari Prabowo, sedangkan Pakdhe Giman adalah pro Jokowi. Dan gue bertindak sebagai wasitnya.

- Lik No: "nek aku ngono luwih milih uwong sing teges, ora sing klemak-klemek manutan karo nduwurane"
(kalo aku sih lebih milih orang yang tegas, bukan yang lembek & tunduk sama atasannya)
- Pakdhe Giman : "cobo genti saiki kowe tak takoni, kepiye prasaanmu sak umpamane, kluargamu salah siji ono sing ilang sepriki ora ketemu, ora ditemokne mayit'e neng ngendi?
(Lha sekarang coba gantian aku yang nanya, gimana prasaanmu seandainya, salah satu anggota keluargamu ada yang menghilang, sampe sekarang gak ketemu dimana jasadnya?)
- Gue : "wis to dhe, wis to lik, kabeh calon Presiden kui mau nduweni kekurangan karo keluwihan masing-masing, sopo wae sing kepilih dadi presiden suk mben, mugo-mugo Indonesia iso makmur, ojo nganti goro-goro lakon Presiden kui malah gawe kowe pedhot kekancan.
(Sudahlah, kedua Calon presiden itu tadi masing -masing punya kekurangan & kelebihan, siapapun yang nantinya terpilih jadi Presiden, semoga Indonesia bisa tambah makmur, jangan cuma karena Calon-calon Presiden  itu mbuat kalian jadi musuhan)

Menjelang pilpres 2014, sangat mudah kita menemui berbagai isu negatif yang menyerang kedua kubu capres & cawapres yang bakalan bertarung, Jokowi-JK / Prabowo-Hatta. Isu tersebut bisa berupa fakta di masa lalu (negatif campaign) atau bisa juga berupa isu yang pure dibuat mengada-ada tanpa bukti fakta konkrit yang bisa dipertanggung jawabkan (black campaign). Berita-berita tersebut menyebar dengan massive nya baik itu di TV, media cetak, dan juga melalui jejaring sosial.

Sebagai bangsa yang cerdas, tentu tidak boleh menelan mentah-mentah berbagai berita yang beredar di berbagai media tersebut. Apalagi sudah menjadi rahasia umum bahwa mayoritas media televisi nasional saat ini adalah dimiliki oleh petinggi parpol tertentu, jadi jangan heran kalau kita disuguhkan berita yang kurang berimbang & saling menjatuhkan satu sama lain. Begitu juga berbagai issue yang menyebar dengan cepatnya di media sosial, kita perlu untuk bijak membaca & memahaminya, jangan sampai kita mudah terprovokasi gara-gara postingan seseorang yang tidak bertanggungjawab. Dunia politik memang penuh dengan intrik. Lihat saja tingkah berbagai parpol yang dulunya saling cerca, namun tiba-tiba bisa saling berkoalisi demi mengamankan jatah kursi menteri. Sebagai pribadi yang kritis, tentu kita sudah jamak mengetahui ending dari berbagai drama politik yg terjadi. Koalisi tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah jalan pintas bagi sebuah parpol untuk mendapatkan "tiket" bagi-bagi kekuasaan. Dan terbukti, hasil koalisi parpol pada pemilu 2009 yang lalu, cuma menghasilkan kabinet yang dipenuhi oleh para penjahat pemakan uang rakyat, yang makin membuat KPK menjadi semakin sibuk.
 
sumber : inilah.com

Presiden Republik Indonesia dari masa ke masa
 Di tahun 2014 ini, Indonesia akan berulang tahun ke-69, tetapi apakah kita sudah menjadi sebuah bangsa yg maju di berbagai bidang? Tentu saja itu belum 100% terlaksana, dan bahkan bisa dibilang kita sudah sangat jauh tertinggal dari negara-negara berkembang lain, tak usah jauh-jauh deh, coba kita tengok negara tetangga Malaysia, yg pelan tapi pasti mulai menjadi negara yg maju, padahal dulunya mereka belajar dari kita, eh ternyata sekarang negara kita malah kalah jauh tertinggal. Kita sudah melalui pemerintahan 6 presiden : Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati, & yang paling akhir SBY. Apa yg terjadi? Tentu kita sudah tau jawabannya, ya, republik ini kalau kata dokter, sudah mengalami komplikasi berbagai macam penyakit akut. Dan ternyata sampai detik ini, belum ada presiden yg bisa mengubah wajah Indonesia menjadi lebih baik.

Who's next?
EPILOG
ya, seenggaknya lo bisa selfie dengan jari kecelup tinta itu
Nah, makanya, sekarang sudah bukan jamannya GOLPUT lagi, lihatlah bangsa ini yg membutuhkan THE RIGHT MAN IN THE RIGHT PLACE AS SOON AS POSSIBLE. Apalagi calonnya cuma dua kubu saja (ini berarti Pemilu akan diadakan cuma satu putaran), amat sangat naif jika kita tetap memilih untuk GOLPUT di pilpres kali ini. Mari kita berdemokrasi dengan cerdas, siapapun yang akan kita pilih nantinya, tentu kita mengharapkan dia benar-benar mengubah wajah Indonesia menjadi lebih baik ke depannya. Jadi, marilah kita bersama-sama mengawal & mensukseskan Pemilu Presiden tanggal 9 Juli nanti, jangan golput lagi bro & sist ! Satu suara lo akan menentukan nasib kita 5 tahun ke depan. Meminjam tagline dari kedua kubu, sudah sangat jelas bahwa sebenarnya tidak perlu saling menghujat. "Jokowi-JK adalah KITA".."Kalau bukan KITA, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?" Nah loh, nyambung kan kedua tagline itu? So, buat apa kita saling menghujat? Kita cukup pilih salah satu yang menurut kita yang terbaik, sesimpel itu.




Penulis adalah 
Sarjana Ilmu Administrasi Negara FISIP UNS
Danur Budi Irfantyo, S.Sos