
Ada 2 tipe manusia di dunia social
media. Pertama, manusia yang “aktif” di sosmed, dan tipe kedua adalah manusia
“pasif” di sosmed. Tipe “aktif” berarti seseorang yang dengan rajinnya
mengunggah segala sesuatu yang terjadi di kehidupannya every single time ke
dalam akun social media mereka. Tapi pernahkah kita yang “aktif” di social
media, menyadari gimana perasaannya seandainya kita jadi seorang yang “pasif”
di timeline itu?
Disaat tipe manusia “aktif” di sosmed
dengan rajinnya mengupload kehidupan pribadinya, si “pasif” cuman bisa jadi
“penonton setia”nya di timeline. Gue ilustrasikan misalkan si A adalah manusia
“aktif” dan si B adalah manusia “pasif”. Si A ini tiap menit selalu muncul
dalam timeline. Bahkan untuk hal yang dirasa gak perlu, misal di suatu sore
hari yang lagi hujan gerimis romantis, si A mengupdate status sosmednya kaya’
gini : lagi pup at Jamban with Darling. Maka si B Cuma bisa membayangkan dari
kejauhan ; “Ya ampun, gimana ya rasanya
bisa pup bareng pacar di Jamban? Pasti romantis banget bisa maen adu panjang-panjangan
tai, bisa saling cebokin juga” gumam si B. Dan akhirnya si B yang notabene
adalah seorang jomblo akut secara gak sadar memberi tanda love ke moment yang
dia rasa “indah” itu.
Kesedihan si B gak berhenti disitu
aja, si B adalah anak muda pengangguran yang menderita jomblo kronis, selalu
dibuat iri saat melihat timeline dari temen-temennya yang selalu pamerin
kehidupan mereka yang sepertinya selalu terlihat “menyenangkan” di sosmed. Disaat
timeline nya berisikan update temen-temennya yang bilang lagi kerja, bilangnya
lagi gajian, sebagai pribadi yang rapuh tentu aja hati si B ini pastilah iri. Belum
lagi di timeline nya berisikan postingan mobil/rumah/gadget/harta benda apapun
yang membuat seorang pengangguran seperti si B ini menjadi down mentalnya. Begitu juga saat timelinenya rame postingan acara wedding dari temen-temen seangkatan yang
udah pada nikah, sakitnya itu di seluruh badan. Ya, di umur setua itu si B
masih belom nikah, harus dipaksa melihat kenyataan di timeline sosmednya yang
isinya semua temen-temennya yang sebenernya niatnya baik (ibadah) tapi dimata
si B jadi terlihat beda, si B nganggepnya seakan mereka semua memamerkan the power of married.
Kena’asan si B masih terus berlanjut,
dengan adanya postingan yang berisikan foto buah hati yang lucu &
menggemaskan dari temen-temen seangkatannya yang udah pada nikah tadi, si B
hanya bisa tersenyum sedih, mencoba tegar tapi tetep aja menusuk hati.
Sepertinya semua orang berbahagia dengan kehidupan mereka masing-masing, tapi
si B cuma bisa merenung meratapi nasibnya
yang masih gini-gini aja saat scrolling
timeline sosmed nya. Karena udah terbiasa dengan segala macam “kekalahan” itu,
hati si B seakan udah kebal, atas apa yang terjadi menimpanya. Makanya si B
memilih untuk menarik diri dari dunia sosmed yang menyiksa batinnya. Si B
memilih untuk menjadi silent reader
alias menjadi tipe yang “pasif” di sosmed.
Anyway, itulah sekelumit argumen gue
tentang 2 tipe manusia di sosmed saat ini. Semoga bagi kalian yang pernah
ngrasain jadi tipe “aktif” ataupun “pasif” di sosmed, bisa saling menjaga
toleransi. Jangan sampai kalian saling melukai hati. Karna percayalah hidup itu
ibarat roda yang berputar, kadang diatas, bisa juga kadang dibawah. Dan malah
terkadang ban roda kita itu bergerak oleng karena bannya bocor, mau ke tambal
ban udah tutup. Ya, itulah kehidupan, manis asam asin ramai rasanya, tapi yang
jelas, bijaklah kalian dalam bersosmed di dunia maya.Buat kalian yang punya uneg-uneg, tulis aja di comment ya. Thanks