Tuesday, January 15, 2013

Pemuda itu bernama Supri



Supri, nama yang begitu indah, terdiri dari dua suku kata “Su” dan “Pri”, yang artinya adalah : entahlah, gue juga gak tau. Pertemuanku dengan dia berawal dari (tunggu, kok jadi romantis kek gini sih?) padahal kan Supri mau gue bully..ha..ha..ha.Supri adalah tetangganya drummer band gue si Bima, rumahnya Supri cuma berjarak beberapa centimeter aja dari rumahnya Bima. Pas gue maen ke rumahnya Bima, tiba-tiba gue disapa oleh sesosok mas-mas yang absurd banget mukanya, “Hello brow? Apa kabar nih bro? Udah lama kita gak ketemu!, kata Supri SKSD ke gue. Dengan merewind kembali otak gue yang udah karatan ini, gue coba nebak siapa ya sesosok pria muda berwajah boros ini, dan yak, gue baru sadar kalo dia itu si Supri, kakak kelas gue waktu SD..
Nama : Supri , Umur : Boros, Hobi : Ngupil
                                              
Lalu kami pun ngobrol dengan asiknya, ditemani camilan yang disuguhkan Bima, kami berdua pun saling bercanda tawa saling memandang, menggelinjang, mendesah..stooop!!! (emangnye gue homo? kalopun gue homo, gue juga milih-milih cyin, masa homo-homoan sama Supri? kambing bencong aja juga bakalan pikir-pikir dulu nerima cintanya...hahaha... Setelah ngobrol panjang lebar, gue pun jadi tau, kalo Supri ini udah 2 tahun lebih kerja di Dubai (UEA) itu loh, negerinya para syekh, salah satunya adalah Syeikh Mansour pemilik klub sepakbola Man.City, (konon saking kaya rayanya dia, tisue toiletnya pun bukan tissue, tapi uang kertas US$ pecahan 100 $, gile ga’ tuh?). Kembali ke cerita tentang Supri, alasan kepulangannya kali ini ke tanah air adalah untuk membuatkan rumah emaknya, (so sweet T_T)...

Dua hari kemudian Supri BBM gue, “Bro, ayo kita piknik, dua hari lagi gue balik Dubai, ntar pake mobilmu, masalah bensin gampang deh, gue yg bayarin”. Lalu gue pun konfirmasi sama anak-anak band gue (The Sliramoe) namanya, gimana kalo kita pergi sama Supri sekalian latihan di studio (modus biar dibayarin juga sama Supri). Gak lama kemudian, anak-anak pun setuju, lalu kita langsung capcus berangkat berwisata demi nyenengin Supri, siapa tau ini jadi pesan terakhirnya dia sebelum dijemput malaikat*ehh..hehe... Ada 4 orang (gue, Bima, Topik, sama si Supri) di dalam mobil itu. Di awal perjalanan, gue pun mengkode Supri, “Pri, mobilku haus nih, pengen dikasih minum”...Supri pun dengan responsif menerima kode gue itu, “Oh, ya udah, ayo kita beli es teh dulu,..” Bwahahaha, gue sama anak-anak yang lain ngakak sampe ga’ bisa mingkem, Pri..Supri.. dasar bocah lugu, gue heran, maksud gue itu ayo kita ke pom bensin dulu pri, mobilnya bensinnya abis, masak mau dikencingin massal biar bisa jalan?.Gak lama kemudian gue berhenti di Pom terdekat, lalu Supri turun dan mengkode petugasnya, dan alamak gue kaget, ternyata si Supri mengisi full tank!. Lalu muncullah pikiran aneh-aneh itu, jangan-jangan si Supri ini pengen  nyarter mobil gue buat nganterin dia balik ke Dubai???, ohhhh tidaaakkk.

Tujuan pertama kita adalah studio band deket kampus, yang sewa studionya relatif murah (cocok dengan kurs mata uang mahasiswa)..hehe. Naaanananana lalalalalalalalalalalala yeyeeyeyeyeyeye dudududududududududu gedupaaaaak gedeeeeeeebug, tak terasa udah 1 jam lebih kami memainkan lagu-lagu yang mungkin bisa menyebabkan gangguan janin dan kehamilan ibu-ibu terdekat, gak pake lama kami ninggalin Supri di dalam studio, dan sesuai dengan skenario, Supri yang bayarin sewa studionya..hehe
Band gue " The Sliramoe", cukup terkenal di radio2 & TV rusak..
Lalu tiba saatnya perundingan tentang tujuan wisata itu dimulai, kalo gue mah pengen yg deket-deket aja, ngemall, nonton bioskop, dsb. Tapi Tuhan berkehendak lain, berawal dari guyonan si Topik, “ayo kita ke pantai aja, biar kaya film Warkop DKI,hahaha...” Belum juga Topik mingkem, Supri dengan semangat 45 menyambut guyonan itu dengan penuh antusias, “oke, ayo berangkat ke pantai kita”. Pada akhirnya, gue pun terpaksa mengiyakan ajakan itu dengan muka yg gak ikhlas, gimana bisa ikhlas coba? pantainya itu letaknya di daerah Gunungkidul, Jogjakarta, sekitar 4 jam perjalanan dari Solo, berasa jadi sopir bus pariwisata aja nih gue. Sebelum pukul 12 siang, kami berangkat meninggalkan Solo menuju Gunungkidul.

Setelah dua jam berlalu, kami pun berhenti buat lunch di sebuah warung makan Padang, karna perut kami udah dangdut koploan bunyinya. Karena warung itu make sistem Android,eh bukan, maksud gue warungnya tu pake sistem AMRI (ambil sendiri) gue langsung ngambil apapun yang ada didepan gue, nasi sampe dua porsi, lauknya ayam & telur dadar, nyam nyamm, gue dan anak-anak yang lain makan dengan porsi kuli bangunan yang lagi ngerjain proyek pemugaran Candi Borobudur,. Tak perlu waktu lama utk membantai makanan itu, sekitar dua menit kemudian, kami semua berbarengan habisin porsi makanan kuli tadi. Dan Supri sebagai ketua rombongan pun dengan bijaksana maju ke kasir untuk bayarin, dan alangkah kagetnya dia waktu ibu kasir bilang “..jadi semuanya 27ribu mas,”. “Hah? Makanan untuk jatah 4 orang yang porsinya cukup untuk kebutuhan konsumsi orang se-Erte tadi Cuma 27ribu?..Supri pun dengan wajah sumringah karena puas nraktir dengan low budget, tanpa ragu segera menyodorkan uang itu ke Ibu kasir, daripada ntar ketauan ternyata salah hitung?hihi.

Setelah melanjutkan perjalanan sekitar satu jam kemudian, kami sampai di tujuan, namanya adalah pantai "INDRAYANTI", cukup aneh memang nama itu, mungkin lebih pas kalo namanya pantai "ANANGYANTI' (re:Anang & Krisdayanti)..hehe. Pantai Indrayanti ini ternyata sudah mulai menjadi famous di telinga orang Jogja dan sekitarnya, karna biasanya pas hari libur, menurut cerita seorang ibu penjual Arem-arem di lokasi wisata itu, bilang kalo pas liburan banyak banget yang dateng mengunjungi pantai ini, karena memang indah sekali pantainya, ombaknya sedang, pasirnya putih, cocok banget utk jadi lokasi pemotretan majalah pria dewasa. Beruntunglah kami, hari itu bukan hari libur, jadi pantai ini berasa menjadi "Private Beach" utk kami..hohoho
  photo session @Indrayanti Bitch*eh Beach maksud gue..


*eh maap, bukan ini yg gue maksud
Gaya Supri yg angkuh, sombong, bagaikan fir'aun kebelet boker


Dia adalah penjaga pantai honorer, gajinya make Dollar zimbabwe
                                         
Setelah puas bermain di pantai Indrayanti, Topik punya ide untuk pindah ke pantai Baron, inilah yang unik di Gunungkidul karena memang di situ, kita bisa milih pantai-pantai layaknya membeli baju di pasar Klewer, bisa pindah-pindah ke toko sebelah, karna disini itu pantai-pantainya memang bersebelahan letaknya, cuma dibatasi tebing aja. Ga nyampe 15 menit, kami mendarat mulus di pantai Baron..
Foto dulu minta tolong sama bpk penjual pentol

Dan ternyata kami membuat keputusan yang blunder, karena di pantai Baron itu amat sangat "kurang nyaman", terkesan kotor, sekotor pikiran elo semua, hehe. Sejauh mata memandang, cuma terlihat perahu-perahu nelayan berserakan seperti habis terkena Tsunami, dan yang lebih parahnya lagi bau amis campur busuk dari bangkai-bangkai ikan yg nyangkut di jaring nelayan. Euggghhh, sumpah enakan juga bau ketek gue daripada bau itu, nih cium aja ketek gue kalo ga' percaya..wakakak..

Pemenang dari kontes Nelayan Ganteng se-Asia Pasifik tahun 2012

Mohon dimaafkan atas ke-4L4Y-an temen gue ini ya : "Supri love Anik"
Tapi, ada satu hal yang unik dari pantai baron, yaitu di sebelah baratnya ada parit atau sungai kecil yang bermuara ke pantai, tetapi airnya tawar bukan air asin, udah gue jilatin kebenarannya kok..
Ini airnya tawar kok, lu mau nawar berapa?
Tak terasa, senja sudah datang menggantikan siang. Lalu kami pun bergegas pulang, tapi mau sholat Magribh dulu di mushola di lokasi pantai Baron itu. Namun hal terbodohnya adalah ternyata, kami lupa, semuanya pake celana pendek tapi gak ada yang bawa sarung..Tak ada rotan, akar pun jadi, tak ada sarung, mukena pun jadi. Walhasil kami pun sholat magribh diulang-ulang sampe take gambar ke 155 karna ga bisa nahan tawa geli ngliat diri masing-masing...
Eh, udah pas belum nih cyin?
Dear Allah, ampunilah dosa hambamu ini, kami menunaikan sholat ini sebagai Muslim bukan Muslimah

Selesai sholat, kami segera bergegas meninggalkan lokasi itu untuk pulang menuju Sragen, sungguh pengalaman yang gak akan pernah terlupakan, menghabiskan satu hari penuh bersama sahabat itu adalah kenikmatan tersendiri, pasti kalian juga sependapat. Semua cerita yang gue tuliskan ini adalah 100% kisah nyata, sebuah petualangan seru, yang gak bakalan terwujud kalo ga ada ide dari seorang pemuda bernama Supri. Saat ini Supri udah balik ke Dubai, sukses selalu ya Pri, kalo pulang tolong bawain oleh-oleh Unta dua pasang.
=THE END=



2 comments: